Skip to main content
PrivacyDisclaimer
©2024 SAINS 301

Aksi Nyata Guru Penggerak Modul 1.4 Budaya Positif

Budaya positif merupakan perwujudan dari nilai-nilai atau keyakinan universal yang diterapkan di sekolah. Sebenarnya, bukan hanya bisa diterapkan di sekolah saja melainkan di masyarakat maupun di keluarga juga dapat diterapkan. Menerapkan Disiplin Positif di sekolah merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh seorang pendidik dan semua warga sekolah dalam mewujudkan Budaya Positif.

Apa Itu Disiplin Positif?

Ketika mendengar kata ‘disiplin’, apa yang terbayang di benak Bapak/Ibu Guru? Apa yang terlintas di pikiran Bapak/Ibu Guru? Kebanyakan orang akan menghubungkan kata disiplin dengan tata tertib, teratur, dan kepatuhan pada peraturan.

Kata ‘disiplin’ juga sering di hubungkan dengan hukuman, padahal itu sungguh berbeda, karena belajar tentang disiplin positif tidak harus dengan memberi hukuman, justru itu adalah salah satu alternatif terakhir dan bila perlu tidak digunakan sama sekali.

Menurut Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa: “Dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat self discipline yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang merdeka.” (Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470)

Untuk menciptakan murid yang merdeka, syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat. Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri, yang memiliki motivasi internal. Jika kita tidak memiliki motivasi internal, maka kita memerlukan pihak lain untuk mendisiplinkan kita atau motivasi eksternal, karena berasal dari luar, bukan dari dalam diri kita sendiri.

Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan anak-anak yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik. Motivasi tersebut merupakan bagian dari perilaku manusia yang selalu ada pada diri setiap kita.

Aksi Nyata Guru Penggerak Modul 1.4 Budaya Positif

Penerapan budaya positif yang baru bisa saya lakukan di dalam kelas adalah selalu menerapkan ice breaking, bermain, latih konsentrasi sebelum memulai kegiatan inti proses pembelajaran, hal ini bertujuan untuk membuat murid senang dan bahagia saat mengikuti kegiatan belajar di dalam kelas.

Jangankan anak-anak, kita juga akan merasa jenuh dan bosan jika menerima materi langsung. Seperti halnya guru masuk kelas kemudian langsung menyampaikan materi dan membuka diskusi, tentu hal ini menurut saya akan membuat setiap murid merasa bosan selama mengikuti pembelajaran.

Oleh karena itu, disinilah pentingnya kita menerapkan budaya positif yang berpihak pada murid. Yaitu dengan cara menerapkan sesuatu yang positif sebelum memulai belajar baik dengan ice breaking maupun dengan cara lainnya.

Dalam proses pembelajaran yang berpihak pada murid, maka murid memperoleh kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam dan pada akhirnya dapat meningkatkan potensi yang dimilikinya.

Perubahan paradigma pembelajaran saat ini bukan lagi memikirkan tentang hal bagaimana guru mengajar dengan baik akan tetapi bagaimana murid dapat belajar dengan baik.

Aksi Nyata Guru Penggerak Modul 1.4 Budaya Positif Video Sebelum Belajar

Lihat Video ini, untuk melihat aksi

Dari video di atas menunjukkan bahwa saya sedang melakukan langkah awal sebelum melakukan pembelajaran, kebetulan pembelajaran yang akan diberikan tentang Multimedia, merupakan salah satu kegiatan peminatan murid yang ada di SMP Plus Ar-Rahmat.

Saya meminta kepada murid-murid saya untuk menarik napas sedalam-dalamnya, karena saya mengetahui kebutuhan belajar murid saat itu. Sebab jika tidak dilakukan seperti ini, yang ada murid masih memikirkan hal lain diluar materi pelajaran sehingga mereka tidak bisa fokus dan konsentrasi saat belajar, disinilah alasan saya kenapa harus melakukan ini dalam kelas dan dilanjut dengan kegiatan ice breaking.

Aksi nyata budaya positif lainnya adalah menerapkan langkah-langkah segitiga restitusi dalam menghadapi murid yang memiliki kesalahan dengan memposisikan diri pada posisi kontrol manajer. Dimana posisi kontrol ini, dimana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri.

Posisi kontrol manajer, murid diajak untuk menganalisis kebutuhan dirinya, maupun kebutuhan orang lain. Disini penekanan bukan pada kemampuan membuat konsekuensi, namun dapat berkolaborasi dengan murid bagaimana memperbaiki kesalahan yang ada.

Tugas seorang manajer bukan untuk mengatur perilaku seseorang. Kita membimbing murid untuk dapat mengatur dirinya. Sehingga murid memiliki motivasi intrinsik, yaitu kesadaran diri serta meyakini nilai-nilai kebajikan yang ia percayai.

Nilai-nilai keyakinan inilah yang disepakati oleh murid dan guru dalam kelas, baik secara tersirat dan tersurat. Aksi nyata yang sudah dilakukan adalah menyusun keyakinan dalam kelas seperti apa yang dilihat pada gambar di bawah. Dimana semua murid diminta untuk membuat atau menuliskan sebuah kesepakatan atau keyakinan kelas.

Dengan adanya keyakinan kelas ini, diharapkan semua murid menyadari dan bisa menghargai diri sendiri dan menghargai orang lain. Sehingga disaat siswa atau murid melakukan kesalahan ia kembali pada nilai-nilai kebajikan yang telah disepakati bersama serta diyakininya.

Nilai-nilai kebajikan itu bisa kita lihat pada poin-poin berikut.

1. Profil Pelajar Pancasila

  • Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia.
  • Mandiri
  • Bernalar Kritis
  • Berkebinekaan Global
  • Bergotong royong
  • Kreatif

2. IBO Primary Years Program (PYP) Sikap Murid:

  • Toleransi
  • Rasa Hormat
  • Integritas
  • Mandiri
  • Menghargai
  • Antusias
  • Empati
  • Keingintahuan
  • Kreativitas
  • Kerja sama
  • Percaya Diri
  • Komitmen

3. Sembilan Pilar Karakter (Indonesian Heritage Foundation/IHF):

  • Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNYA
  • Kemandirian dan Tanggung jawab
  • Kejujuran (Amanah), Diplomatis
  • Hormat dan Santun
  • Dermawan, Suka Menolong dan Gotong Royong
  • Percaya Diri, Kreatif dan Pekerja Keras
  • Kepemimpinan dan Keadilan
  • Baik dan Rendah Hati
  • Toleransi,
  • Kedamaian dan Kesatuan

4. Petunjuk Seumur Hidup dan Keterampilan Hidup (LIfelong Guidelines and Life Skills)

4.1. Keterampilan Hidup

  • Dapat dipercaya
  • Lurus Hati
  • Pendengar yang Aktif
  • Tidak Merendahkan Orang Lain
  • Memberikan yang Terbaik dari Diri

4.2. Petunjuk Hidup

  • Peduli
  • Penalaran
  • Bekerja sama
  • Keberanian
  • Keingintahuan
  • Usaha
  • Keluwesan/ Fleksibilitas
  • Berorganisasi
  • Kesabaran
  • Keteguhan hati
  • Kehormatan
  • Memiliki Rasa Humor
  • Berinisiatif
  • Integritas
  • Pemecahan Masalah
  • Sumber pengetahuan
  • Tanggung jawab
  • Persahabatan

5. The Seven Essential Virtues (Building Moral Intelligence, Michele Borba):

  • Empati
  • Suara Hati
  • Kontrol Diri
  • Rasa Hormat
  • Kebaikan
  • Toleransi
  • Keadilan

6. The Virtues Project (Proyek Nilai-nilai Kebajikan)

Peduli Rajin Integritas Rasa Hormat
Keterusterangan Keberanian Kebahagiaan Tanggung Jawab
Kebersihan Kesantunan Keadilan Pengabdian
Komitmen Kreatif Baik Hati Bijaksana
Belas Kasih Semangat Kesetiaan Bersyukur
Percaya Diri Kedermawan Berprinsip Toleransi
Belas Kasih Kejujuran Bersahaja Percaya
Bertujuan Dermawan Keteraturan Lurus Hati
Tenggang Rasa Harga Diri Kedamaian Ketegasan
Gotong Royong Rendah Hati Keteguhan Hati Pengertian

Aksi Nyata Guru Penggerak Modul 1.4 Budaya Positif Video Segitiga Restitusi

Selain menerapkan ice breaking dalam kelas sebelum memulai aktivitas proses pembelajaran, saya juga sudah bisa memulai untuk menerapkan langkah-langkah segitiga restitusi dalam menghadapi murid yang mengalami masalah.

Dengan adanya langkah segitiga restitusi ini, tentu saya merasa terbantu dalam memecahkan suatu masalah yang dibuat oleh seorang murid, seperti tertidur saat belajar, ngobrol, terlambat datang sekolah, dan lain-lain.

Semuanya dapat diselesaikan dengan langkah segitiga restitusi, disinilah motivasi intinsik seorang murid akan muncul sehingga mereka akan menjadi manusia yang menghargai diri sendiri dan dapat berbuat baik sesuai dengan nilai-nilai yang diyakininya. Berikut ini adalah video penggambaran melakukan langkah segitiga restitusi.

Lihat Video ini, untuk melihat aksi

Saya percaya dengan adanya hukuman anak tidak akan melakukan kesalahan kembali yang ia lakukan. Namun justru dengan cara tersebut akan membuat anak atau murid ada pada posisi identitas gagal, sehingga mereka tidak akan memiliki sikap mandiri yang sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal. Mereka akan melakukan sesuatu atas dasar motivasi eksternal, bukan internal.

Aksi Nyata Guru Penggerak Modul 1.4 Budaya Positif Video Pengimbasan

Berikut ini video pengimbasan modul 1.4 Budaya Positif, Berbagi pengalaman bersama teman guru sejawat yang ada di lingkungan Sekolah Ar-Rahmat Kabupaten Bandung. Pada saat itu, Saya benar-benar tidak meposisikan diri sebagai seseorang yang lebih tahu atau lebih paham dalam aksi nyata ini.

Melainkan saya lebih memposisikan sebagai teman yang ingin berbagi pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti pendidikan guru penggerak pada modul 1.4 Budaya Positif. Terus terang, bukan karena adanya tugas pengimbasan CGP melainkan dorongan sendiri, yakni ingin berbagi dengan teman guru lainnya.

Lihat Video ini, untuk melihat aksi

Demikianlah postingan artikel aksi nyata guru penggerak modul 1.4 budaya positif yang saya lakukan di lingkungan Sekolah Ar-Rahmat. Semoga aksi nyata dalam bentuk tulisan dan video dokumentasi ini dapat menjadi inspirasi untuk semua guru, orangtua, masyarakat, dan seluruh warga sekolah khususnya. Terima kasih


Catatan:

Silahkan pelajari materi lebih dalam dari sumber dengan mengklik link Referensi Belajar untuk postingan ini. Terima kasih
PrivacyDisclaimer
©2024 SAINS 301